Inilah Turki, negeri dengan berbagai kekayaan sejarah dan rezim
yang berkuasa di setiap zamannya, inilah Turki dengan kekayaan budaya yang
tercampur dari timur dan barat /dari Asia hingga Eropa, dan berbagai keindahan
bangunan di dalamnya tersimpan sejarah kejayaan Islam yang luar biasa. Di balik
indahnya tatanan kota serta bangunan-bangunan kubah masjid yag kokoh terdapat
sentuhan tangan seorang arsitek yang dipercaya oleh para raja pada zaman
dinasti ottoman, bahkan ia hidup di zaman lima kekuasaan khalifah pada waktu
itu, beliau ialah Mimar Sinan Pasha.
Mimar Sinan Pasha,nama kecilnya ialah Yusuf yang lahir tanggal 15 April 1489 M
di Agirnas salah satu kota kecil di Anatolia tengah sebelum ia di pindahkan ke
Istanbul, ayahnya seorang mualaf bernama Abdul Manan berkebangsaan Yunani,yang
juga mahir dalam bidang kayu dan tukang bangunan. Hingga pada tahun 1.512 M.
Mimar mengikuti wajib militer yang diadakan kerajaan pada masa Sultan Bayazid
II, akhirnya beliau dikirim ke Istanbul untuk bergabung dengan korps Jannisary
atau pasukan khusus tentara Ottoman. Selama itulah dia mendapatkan pendidikan
resmi dari Istana lalu mempelajari tentang teknik matematika dan pembangunan.
Berkat kecerdasan,intelektual dan ambisinya ia terpilih untuk membantu beberapa
arsitek kesultanan pada waktu itu disitulah ia mendapat pelatihan dan
pengalaman besar yang kelak akan mengantarkannya kepada karir yang gemilang.
Teori-teori yang ia dapatkan dari sekolah dan pelatian-pelatihan dari para
arsitek ia praktekan kepada kepentingan korps Jannisary. Tidak berhenti sampai
disitu keahliannya sebagai arsitek terus dipakai pihak kerajaan setelah kesultanan
berganti ke Sultan Salim I hingga berlanjut ke Sultan yang selanjutnya yaitu
Sulaiman Al Qanuni. Di masa usianya yang ke 48 tahun beliau di percaya Sultan
Sulaiman Al Qanuni untuk mengurusi semua bangunan yang ada di kesultanan Turki
Utsmani.
Suata saat dalam sebuah kampanye militer di Rumania, ia menciptakan
sebuah ide cemerlang dalam pembuatan jembatan Sungai Danude, tentara ottoman
yang sangat besar tentunya membutuhkan jembatan yang kokoh. Maka berkat
keahliannya ini pulalah ia berhasil membuat Sultan Sulaiman Al Qanuni bangga
dan membuat ia di kagumi banyak orang. Kampanye-kampanye militer yang ia ikuti
merambat hingga ke Eropa, Baghdad, dan Mesir. Hal ini memperkaya inspirasi dan
ide brilian dalam membuat bangunan-bangunan penting dengan sentuhan arsitektur
yang tinggi. Hasil karya Mimar Sinan yang sangat monumental ini membuat sultan
Sulaiman Al Qanuni mengangkatnya sebagai kepala arsitek kesultanan Ottoman.
Karya besarnya pada masa Sulaiman Al Qanuni ialah Sehzade Jami atau Masjid raya
yang ditunjukan pada pangeran Mehmed atau putra ke 2 sang sultan yang meninggal
karena sakit kemudian diganti atas nama sang sultan menjadi masjid raya
sulaimaniyah. Masjid ini menjadi inspirasi tersendiri bagi Mimar Sinan karena
tantangan yang diberikan padanya bukan hanya sebuah masjid tapi juga pembuktian
umat Islam yang mampu menciptakan arsitektur melebihi bangunan peninggalan
Romawi.
Di masa Sultan Selim II setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al Qanuni
ia dipercaya membangun masjid di usianya yang sudah 84 tahun, masjid ini
dinamakan Masjid Selimiyah yang terletak di Edirne salah satu kota di Turki
yang merupakan ibukota pertama kesultanan Ottoman sebelum di pindahkan ke
Istanbul dan kini di Ankara. Masjid inilah yang menjadi karya terbesar sepnjang
hidupnya karena satu-satunya masjid yang mampu menandingi kemegahan Haghia
Sophia yang menjadi kebanggaan kekaisaran Byzantium yang berhasil ditaklukan
oleh kesultanan Ottoman. Kehlian Mimar Sinan dalam hal arsitektur terus
berkembang dari tahun ke tahun. Pengabdian dan dedikasinya kepada kesultanan
ottoman dimanfaatkannya sebagai ibadah yang pada akhirnya menjadikan bekal
hidupnya di akhirat, seluruh masjid yang ia bangun hanya bertujuan bagi
siapapun yang mengunjungi dan beribadah di masjid itu nantinya akan mendoakan
jiwanya dan mengenang karyanya.
Tata kota yang didesain Mimar Sinan atas perintah sultan selalu
menunjukan filosofi kehidupan yang sesungguhnya. Tapi masjid indah nan megah
yang dibangun mimar Sinan selalu dilandasi nilai-nilai keislaman yang kuat,
karena masjid menjadi pusat kehidupan masyarakat yang dibangun terlebih dahulu
jauh sebelum bangunan-bangunan lainnya dibangun, ketika masjid sudah siap
berdiri maka Mimar Sinan segera membangun kebutuhan masyarakat di sekeliling
masjid tersebut.
Beliau (Mimar Sinan Pasha) meninggal di zaman Sultan Murad III
tanggal 17 Juli tahun 1588 M ,setelah mengabdi kepada empat sultan
sebelumnya. Inilah contoh yang kita bisa
kembalikan lagi di zaman ini. Ketika kita menata kota baru bukan lagi mengawali
dengan membangun komplek perumahan bukan pula kita bangun pasar dan mal,bukan
pula ruko-ruko dan pusat perkantoran sedangkan masjid dibuat di akhir sebagai
fasilitas pelengkap warga jejer dengan taman bermain anak dan fasilitas
olahraga.
Mimar Sinan dan kejayaan Islam Turki telah mencontohkan masjid
dibangun pertama sebagai pusat kebudayaan dan kehidupn manusia baru kemudian
fasilitas social lengkap dengan dan perkantoran pemerintah setempat dan
terakhir adalah perumahan, logika yang terbalik memang tapi sejatinya kita
sering menjumpai bahwa logika manusia salah dan akhirnya mengakui aturan Allah
lewat Kitabullah Al Qur’anul Kariim. Islam memang terasa asing saat ini dan
menampakan kebenarannya di akhir episode kehidupan. Beginilah tata kota yang di
contohkan Rasulullah SAW, mimar Sinan dengan keahlian arsitekturnya membangun
tatanan kota negara Turki yang sedemikin rupa hingga saat ini masjid-masjid
megah karya Mimar Sinan Pasha masih berdiri kokoh dan meninggalkan warisan
kekuatan Dinasti Ottoman dalam membangun tata kota rapi dan indah. Masjid yang
menjadi pusat kehidupan sebuah negara menjadi kekuatan utama dalam menggerakan
rotasi kehidupan masyarakat dalam memulai hari dan menjalankan aktivitasnya.
Sebuah kebangkitan masyarakat berawal dari masjid.