Minggu, 03 September 2017

Mimar Sinan Pasha dan kejayaan masjid



Inilah Turki, negeri dengan berbagai kekayaan sejarah dan rezim yang berkuasa di setiap zamannya, inilah Turki dengan kekayaan budaya yang tercampur dari timur dan barat /dari Asia hingga Eropa, dan berbagai keindahan bangunan di dalamnya tersimpan sejarah kejayaan Islam yang luar biasa. Di balik indahnya tatanan kota serta bangunan-bangunan kubah masjid yag kokoh terdapat sentuhan tangan seorang arsitek yang dipercaya oleh para raja pada zaman dinasti ottoman, bahkan ia hidup di zaman lima kekuasaan khalifah pada waktu itu, beliau ialah Mimar Sinan Pasha.
Mimar Sinan Pasha,nama kecilnya  ialah Yusuf yang lahir tanggal 15 April 1489 M di Agirnas salah satu kota kecil di Anatolia tengah sebelum ia di pindahkan ke Istanbul, ayahnya seorang mualaf bernama Abdul Manan berkebangsaan Yunani,yang juga mahir dalam bidang kayu dan tukang bangunan. Hingga pada tahun 1.512 M. Mimar mengikuti wajib militer yang diadakan kerajaan pada masa Sultan Bayazid II, akhirnya beliau dikirim ke Istanbul untuk bergabung dengan korps Jannisary atau pasukan khusus tentara Ottoman. Selama itulah dia mendapatkan pendidikan resmi dari Istana lalu mempelajari tentang teknik matematika dan pembangunan. Berkat kecerdasan,intelektual dan ambisinya ia terpilih untuk membantu beberapa arsitek kesultanan pada waktu itu disitulah ia mendapat pelatihan dan pengalaman besar yang kelak akan mengantarkannya kepada karir yang gemilang. Teori-teori yang ia dapatkan dari sekolah dan pelatian-pelatihan dari para arsitek ia praktekan kepada kepentingan korps Jannisary. Tidak berhenti sampai disitu keahliannya sebagai arsitek terus dipakai pihak kerajaan setelah kesultanan berganti ke Sultan Salim I hingga berlanjut ke Sultan yang selanjutnya yaitu Sulaiman Al Qanuni. Di masa usianya yang ke 48 tahun beliau di percaya Sultan Sulaiman Al Qanuni untuk mengurusi semua bangunan yang ada di kesultanan Turki Utsmani.
Suata saat dalam sebuah kampanye militer di Rumania, ia menciptakan sebuah ide cemerlang dalam pembuatan jembatan Sungai Danude, tentara ottoman yang sangat besar tentunya membutuhkan jembatan yang kokoh. Maka berkat keahliannya ini pulalah ia berhasil membuat Sultan Sulaiman Al Qanuni bangga dan membuat ia di kagumi banyak orang. Kampanye-kampanye militer yang ia ikuti merambat hingga ke Eropa, Baghdad, dan Mesir. Hal ini memperkaya inspirasi dan ide brilian dalam membuat bangunan-bangunan penting dengan sentuhan arsitektur yang tinggi. Hasil karya Mimar Sinan yang sangat monumental ini membuat sultan Sulaiman Al Qanuni mengangkatnya sebagai kepala arsitek kesultanan Ottoman. Karya besarnya pada masa Sulaiman Al Qanuni ialah Sehzade Jami atau Masjid raya yang ditunjukan pada pangeran Mehmed atau putra ke 2 sang sultan yang meninggal karena sakit kemudian diganti atas nama sang sultan menjadi masjid raya sulaimaniyah. Masjid ini menjadi inspirasi tersendiri bagi Mimar Sinan karena tantangan yang diberikan padanya bukan hanya sebuah masjid tapi juga pembuktian umat Islam yang mampu menciptakan arsitektur melebihi bangunan peninggalan Romawi.
Di masa Sultan Selim II setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al Qanuni ia dipercaya membangun masjid di usianya yang sudah 84 tahun, masjid ini dinamakan Masjid Selimiyah yang terletak di Edirne salah satu kota di Turki yang merupakan ibukota pertama kesultanan Ottoman sebelum di pindahkan ke Istanbul dan kini di Ankara. Masjid inilah yang menjadi karya terbesar sepnjang hidupnya karena satu-satunya masjid yang mampu menandingi kemegahan Haghia Sophia yang menjadi kebanggaan kekaisaran Byzantium yang berhasil ditaklukan oleh kesultanan Ottoman. Kehlian Mimar Sinan dalam hal arsitektur terus berkembang dari tahun ke tahun. Pengabdian dan dedikasinya kepada kesultanan ottoman dimanfaatkannya sebagai ibadah yang pada akhirnya menjadikan bekal hidupnya di akhirat, seluruh masjid yang ia bangun hanya bertujuan bagi siapapun yang mengunjungi dan beribadah di masjid itu nantinya akan mendoakan jiwanya dan mengenang karyanya.
Tata kota yang didesain Mimar Sinan atas perintah sultan selalu menunjukan filosofi kehidupan yang sesungguhnya. Tapi masjid indah nan megah yang dibangun mimar Sinan selalu dilandasi nilai-nilai keislaman yang kuat, karena masjid menjadi pusat kehidupan masyarakat yang dibangun terlebih dahulu jauh sebelum bangunan-bangunan lainnya dibangun, ketika masjid sudah siap berdiri maka Mimar Sinan segera membangun kebutuhan masyarakat di sekeliling masjid tersebut.
Beliau (Mimar Sinan Pasha) meninggal di zaman Sultan Murad III tanggal 17 Juli tahun 1588 M ,setelah mengabdi kepada empat sultan sebelumnya.  Inilah contoh yang kita bisa kembalikan lagi di zaman ini. Ketika kita menata kota baru bukan lagi mengawali dengan membangun komplek perumahan bukan pula kita bangun pasar dan mal,bukan pula ruko-ruko dan pusat perkantoran sedangkan masjid dibuat di akhir sebagai fasilitas pelengkap warga jejer dengan taman bermain anak dan fasilitas olahraga.
Mimar Sinan dan kejayaan Islam Turki telah mencontohkan masjid dibangun pertama sebagai pusat kebudayaan dan kehidupn manusia baru kemudian fasilitas social lengkap dengan dan perkantoran pemerintah setempat dan terakhir adalah perumahan, logika yang terbalik memang tapi sejatinya kita sering menjumpai bahwa logika manusia salah dan akhirnya mengakui aturan Allah lewat Kitabullah Al Qur’anul Kariim. Islam memang terasa asing saat ini dan menampakan kebenarannya di akhir episode kehidupan. Beginilah tata kota yang di contohkan Rasulullah SAW, mimar Sinan dengan keahlian arsitekturnya membangun tatanan kota negara Turki yang sedemikin rupa hingga saat ini masjid-masjid megah karya Mimar Sinan Pasha masih berdiri kokoh dan meninggalkan warisan kekuatan Dinasti Ottoman dalam membangun tata kota rapi dan indah. Masjid yang menjadi pusat kehidupan sebuah negara menjadi kekuatan utama dalam menggerakan rotasi kehidupan masyarakat dalam memulai hari dan menjalankan aktivitasnya. Sebuah kebangkitan masyarakat berawal dari masjid.