Minggu, 26 September 2021

privacy police

 Privacy Policy

Ridho Ramadhon built the ridho ramadhon app as a Free app. This SERVICE is provided by Ridho Ramadhon at no cost and is intended for use as is.

This page is used to inform visitors regarding my policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use my Service.

If you choose to use my Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that I collect is used for providing and improving the Service. I will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy.

The terms used in this Privacy Policy have the same meanings as in our Terms and Conditions, which is accessible at ridho ramadhon unless otherwise defined in this Privacy Policy.

Information Collection and Use

For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way.

Log Data

I want to inform you that whenever you use my Service, in a case of an error in the app I collect data and information (through third party products) on your phone called Log Data. This Log Data may include information such as your device Internet Protocol (“IP”) address, device name, operating system version, the configuration of the app when utilizing my Service, the time and date of your use of the Service, and other statistics.

Cookies

Cookies are files with a small amount of data that are commonly used as anonymous unique identifiers. These are sent to your browser from the websites that you visit and are stored on your device's internal memory.

This Service does not use these “cookies” explicitly. However, the app may use third party code and libraries that use “cookies” to collect information and improve their services. You have the option to either accept or refuse these cookies and know when a cookie is being sent to your device. If you choose to refuse our cookies, you may not be able to use some portions of this Service.

Service Providers

I may employ third-party companies and individuals due to the following reasons:

  • To facilitate our Service;
  • To provide the Service on our behalf;
  • To perform Service-related services; or
  • To assist us in analyzing how our Service is used.

I want to inform users of this Service that these third parties have access to your Personal Information. The reason is to perform the tasks assigned to them on our behalf. However, they are obligated not to disclose or use the information for any other purpose.

Security

I value your trust in providing us your Personal Information, thus we are striving to use commercially acceptable means of protecting it. But remember that no method of transmission over the internet, or method of electronic storage is 100% secure and reliable, and I cannot guarantee its absolute security.

Links to Other Sites

This Service may contain links to other sites. If you click on a third-party link, you will be directed to that site. Note that these external sites are not operated by me. Therefore, I strongly advise you to review the Privacy Policy of these websites. I have no control over and assume no responsibility for the content, privacy policies, or practices of any third-party sites or services.

Children’s Privacy

These Services do not address anyone under the age of 13. I do not knowingly collect personally identifiable information from children under 13 years of age. In the case I discover that a child under 13 has provided me with personal information, I immediately delete this from our servers. If you are a parent or guardian and you are aware that your child has provided us with personal information, please contact me so that I will be able to do necessary actions.

Changes to This Privacy Policy

I may update our Privacy Policy from time to time. Thus, you are advised to review this page periodically for any changes. I will notify you of any changes by posting the new Privacy Policy on this page.

This policy is effective as of 2021-09-26

Contact Us

If you have any questions or suggestions about my Privacy Policy, do not hesitate to contact me at taufiqbalya@gmail.com.

This privacy policy page was created at privacypolicytemplate.net and modified/generated by App Privacy Policy Generator

Rabu, 17 Januari 2018

Peran Dinasti Mamluk dalam penyelamatan peradaban Islam.

Dinasti Mamluk dipimpin oleh Izzudin Aybek sebagai sultan pertama selama 7 tahun kemudian digantikan oleh anaknya Ali yang kala itu masih muda. Namun, ia hanya memerintah selama 2 tahun saat tahun 1259 M beliau mengundurkan diri dan digantikan wakilnya yaitu Al Malik Al Muzhafar Quthuz(Saifudin Quthuz)[1]. Di awal tahun 1260 M Dinasti Mamluk harus menghadapi invasi dan agresi serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil merebut dan menduduki banyak wilayah di Asia Tengah serta sekitarnya, termasuk Baghdad dan negeri-negeri muslim lainnya. Akibatnya banyak sekali ilmuan-ilmuan dan ulama-ulama dari Irak yang menyelamatkan diri menuju Mesir. Di Mesir inilah mereka berhasil diselamatkan oleh Dinasti Mamluk. Dengan sultannya yang berkuasa kala itu yaitu Saifudin Quthuz
Qutuz mengambil tiga langkah awal sebelum melancarkan peperangan ke atas Mongol. Ketiga-tiga langkah ini dilihat amat berkesan dan menjadi sumber kekuatan kepada Tentara Islam pada ketika itu.
1.      Langkah pertama yang diambil oleh Qutuz adalah mengembalikan kestabilan keadaan internal Mesir karena keadaan poitik kala itu belum stabil sejak transisi Dinasti Ayubiah ke Mamluk Beliau memanggil golongan istana, pembesar-pembesar, menteri-menteri, ulama-ulama, dan golongan berpengaruh di dalam masyarakat. Beliau berkata kepada mereka: “Apa yang aku inginkan dari jabatan ini hanyalah agar kita bersatu untuk melawan Mongol. Urusan itu tidak mampu diselesaikan tanpa Raja. Apabila kita berhasil keluar dari masalah ini dan mengalahkan Mongol, urusan ini terletak di tangan kamu semua. Pilihlah siapa saja yang kamu kehendaki untuk menjadi pemerintah.” Ucapan Qutuz tersebut telah meredakan ketamakan sebagian dari pembesar yang berniat untuk merampas tahta Mesir dari tanganya.
2.      Langkah kedua yang telah dilakukan oleh Qutuz adalah memberikan pengampunan kepada semua pendukung Mamluk Bahriah. Perselisihan yang terjadi sebelum ini berpuncak dari pembunuhan Sultan Izzuddin Aibak ingin segera dihentikan oleh Qutuz, demi menghentikan permusuhan sesama Mamluk. Pengampunan itu telah berhasil membujuk mereka yang telah keluar meninggalkan Mesir untuk kembali ke Mesir. Rombongan pendukung Mamluk Bahriah(termasuk Baybars) kembali berduyun ke Mesir dari bumi Syam, Karak (di Jordan sekarang) dan bumi kerajaan Turki Saljuk. Dengan itu Mesir berhasil mendapatkan kembali kekuatan tentaranya. Terutama  ketika Damsyik dan Halab ditawan oleh Mongol dan selepas Raja Nasir al-Ayubi lari menyelamatkan diri ke Gazza. Tentara Syam telah bergerak menuju ke Mesir dan bergabung dengan Tentara Mamluk. Kesatuan ini menambahkan lagi kekuatan Mesir dan memberikannya satu semangat yang cukup kuat untuk berhadapan dengan Mongol.
3.      Langkah ketiga yaitu memulihkan keadaan ekonomi Mamluk. Beliau memulainya dengan bermusyawarah dengan para pejabat istana. Akhirnya dengan meminta fatwa kepada Syekh Al Izz bin Abdissalam maka direncanakan pengambilan harta dari rakyat dengan syarat para pejabat atau jajaran sultan juga harus ditarik hartanya lebih dulu demi mendanai pasukan melawan Mongol. Keputusan tersebut disambut dengan baik oleh rakyat jelata mereka berduyun memberikan sumbangan mereka untuk memenuhi tuntutan biaya perang
Ketiga-tiga langkah ini telah memberikan Mesir satu kekuatan baru pada awal tahun 658 H. Di sini tampaklah kepada kita kecekatan dan kesungguhan Qutuz. Ketiga-tiga langkah awal yang mungkin memerlukan masa yang panjang untuk dicapai, telah berhasil diselesaikan oleh Qutuz dalam masa tidak sampai tiga bulan saja dari masa beliau menaiki tahta Mesir. Setelah itu barulah Pasukan Mamluk berhadapan dengan Mongol dalam pertempuran sengit di ‘Ain Jalut pada tanggal 13 September 1260 M (25 Ramadhan 658 H). Tentara Mamluk di bawah komando sang sultan Saifuddin Qutuz dan Ruknuddin Baybars sebagai panglima sementara Mongol dipimpin Kitbuqa. Dalam pertempuran ini pasukan Mamluk berhasil memecundangi dan menghancurkan Mongol.
A.     Peperangan ‘Ain Jalut
Sebuah peperangan harus memperhatikan kekuatan militer yang dimiliki serta kekuatan lawan.[2] Sejarawan Rashid al-Din mengatakan bahwa orang Mongol dijebak oleh orang Mamluk di dekat Ain Jalut(Megido). Qutuz menyembunyikan sebagian besar pasukan berkudanya di bukit-bukit sekeliling dataran itu dan memerintahkan sebuah pasukan kecil yang dipimpin Baybars maju untuk memancing serangan Mongol.
Kitbugha yang menyangka bahwa pasukan Baybars yang kecil itu adalah keseluruhan tentera Islam telah mengarahkan keseluruhan tenteranya untuk masuk ke medan pertempuran. Mereka menyerbu masuk dengan jerit pekik yang kuat. Baybars dan tenteranya berdiri tenang di tempat masing-masing menantikan kemaraan tentera Mongol yang berjumlah berkali ganda dari bilangan pasukan mereka. Apabila tentera Mongol sudah hampir kepada mereka, Baybars memberikan isyarat kepada tenteranya untuk merempuh ke depan. Pedang bertemu pedang, gendang dipalu bertambah kuat berselang seli memberikan arahan dengan takbir dari petani-petani yang berada di atas bukit. Darah mula mengalir. Satu demi satu nyawa melayang (Marzumah, 2014:65). Walau pun begitu, Baybars dengan bilangan tentera yang sedikit mampu bertahan sehingga ke saat itu. Ketakutan mula meresap masuk ke dalam diri tentera Mongol. Belum pernah mereka menghadapi kekuatan sedemikian.
Pemilihan Qutuz sememangnya tepat. Panglima-panglima perang yang dipilih untuk bertembung di peringkat awal dengan Mongol dan menghabiskan tenaga Mongol adalah panglima perang Mamluk terbaik.[3] Mereka adalah panglima yang terlibat sekali di dalam mengukir kemenangan di dalam peperangan Mansurah menentang tentera Salib pimpinan Louis IX. Mereka memiliki kemahiran perang yang tinggi. Qutuz dan tentera baki masih menanti di sebalik tempat persembunyian mereka menyaksikan peperangan tersebut dan menunggu waktu sesuai untuk masuk ke serangan kedua.
Serangan Kedua: Mengepung Tentera Mongol Masanya sudah tiba untuk Qutuz memberikan arahan baru. Arahan seterusnya adalah agar Baybars dan tenteranya bermundur secara seimbang dan berpura-pura lemah. Taktik ini digunakan untuk menarik tentera Mongol yang sudah keletihan masuk ke tengahtengah medan peperangan dan mengepung mereka di situ. Sebagaimana yang kita ketahui medan Ayn Jalut berbukit di seluruh kawasannya kecuali di bahagian utara. Kepungan itu agak mudah untuk dilakukan jika sekiranya Baybars berjaya menarik tentera Mongol ke tengah medan.Ia bukanlah taktik yang mudah. Ia memerlukan satu perkiraan yang tepat. Terlalu cepat akan menyebabkan musuh menyedari taktik tersebut. Terlalu lambat akan menyebabkan kematian tentera Islam. Qutuz memberikan arahan kepada pasukan gendang untuk memberikan arahan baru ini. Baybars memahami rentak gendang tersebut. Tanpa berlengah dia dan tenteranya mula berundur ke belakang sedkiit demi sedikit dengan penuh hati-hati. Mereka berpura-pura menzahirkan keletihan dan kelemahan mereka.
Kitbugha tertipu, ia mengarahkan seluruh tenteranya untuk masuk ke dalam medan perang tanpa menyedari taktik tersebut. Ini adalah satu hal yang cukup pelik berlaku kepada beliau. Kitbugha adalah panglima perang Mongol yang mahir menjadi panglima perang sejak zaman Genghis Khan. Ketika peperangan Ayn Jalut, beliau berusia lebih 60 tahun atau mungkin lebih 70 tahun. Satu usia yang memberikan pengalaman yang tidak sedikit berkenaan taktik-taktik perang di zaman itu. Tentera Mongol telah berada dalam kepungan. Pada ketika baki tentera Islam muncul, Kitbugha menyedari kesilapannya. Di sini tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali terus berperang mati-matian.
Serangan Ketiga: Kekuatan Baagian Kanan Mongol Kitbugha memberikan arahan agar semua tenteranya berjuang mati-matian. Mereka seolah-olah mengamuk dan mengasak tentera Islam. Di sini terbukti kebenaran apa yang dikatakan oleh wakil Sorimuddin Aibak berkenaan kekuatan bahagian kanan tentera Mongol.[4] Bagian kiri tentera Islam telah diasak dengan dahsyat oleh mereka. Gugur di kalangan tentera Islam seorang demi seorang sebagai syahid. Qutuz yang melihat dari atas bukit merasai kesukaran yang dihadapi oleh tenta ra Islam. Langkah yang diambil oleh beliau amat menakjubkan. Beliau mencampakkan topi besinya lalu melaungkan ‘wa Islaaamah’. Laungan ini diucapkan oleh beliau sambil beliau turun ke medan perang dengan menunggang kudanya. Langkah ini diambil oleh Qutuz untuk menaikkan semangat tentera Islam. Tentara Mongol terperanjat dengan kehadiran Qutuz di tengah-tengah medan perang.
Qutuz memerangi mereka dengan penuh semangat seolah-olah beliau tidak langsung sayangkan nyawanya. Beberapa libasan pedang dan tombak hampir menemui beliau. Kudanya berjaya ditikam mati oleh tentera Mongol menyebabkan beliau terjatuh. Pun begitu beliau meneruskan jihadnya dengan berjalan kaki sehinggalah beliau berjaya mendapatkan kuda bantuan. Seorang pembesar istana menjerit dan mencelanya kerana lambat menaiki kuda. Beliau bimbangkan Qutuz terbunuh lalu dengan itu akan kalahlah tentera Islam. Tetapi Qutuz menjawab: “Ada pun diriku, sesungguhnya ia sedang menuju surga. Ada pun Islam, ia mempunyai Tuhan yang tidak akan membiarkannya.” Tentera Islam bertambah semangat dengan turunnya Qutuz ke medan perang. Kematian Kitbugha yang dibunuh oleh Jamaludin Aqusy as-Syams. Beliau adalah salah seorang panglima perang Mamluk. Pernah berada di bawah Raja Nasir al-Ayyubi. Kemudian beliau meninggalkannya setelah melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh Raja Nasir al-Ayyubi. Beliau merempuh tentera Mongol sehingga berjaya masuk ke tengah-tengah tentera tersebut. Di situ beliau melihat Kitbugha. Jamaluddin tidak menunggu lama. Beliau mengumpulkan seluruh tenaganya dan melibas pedangnya ke arah leher Kitbugha. Kepala Kitbugha berpisah dari badan dan tercampak ke tengah medan perang di hadapan tentera Mongol. Ketakutan makin meningkat melihat kematian Kitbugha di hadapan mata mereka .Tentara Mongol mula melarikan diri melalui bahagian utara Ayn Jalut. Tentera Islam mengejar mereka. Tentera Mongol berjaya memecahkan kepungan tentera Islam. Mereka melarikan diri sejauh 20 kilometer dan berhenti di Bisan. Tentara Islam terus mengejar mereka. Berlaku pertembungan yang lebih sengit. Kali ini tentera Mongol benar-benar menggila untuk memastikan mereka agar terus hidup. Qutuz berada di tengah-tengah medan peperangan memberikan semangat kepada tentera Islam. Beliau melaungkan: “Wa Islamah. Wa Islamah. Wa Islamah. Ya Allah bantulah hambamu, Qutuz untuk menghancurkan Mongol.
Akhirnya kemenangan berpihak kepada tentera Islam. Mereka berjaya menamatkan mitos bahwa Mongol tidak akan bisa dikalahkan. Setelah itu medan peperangan kembali sunyi. Tidak ada lagi bunyi gendang. Tidak ada lagi jeritan Mongol. Tidak ada lagi takbir para petani. Tidak ada lagi bunyi libasan pedang. Mayat-mayat tentera Mongol mati bergelimpangan dalam bentuk yang mengerikan. Qutuz berjalan di tengah medan perang yang sudah sunyi melihat hasil peperangan selama sehari di bulan Ramadhan.
B.     Pengaruh Dinasti Mamluk di Mesir
Dinasti Mamluk  atau Mamalik adalah dinasti Islam yang selamat dari serangan Mongol dan berhasil menyelamatkan peradaban Islam yang sebelumnya telah hancur di Baghdad. Selain sebagai tempat pelarian para ilmuan dan ulama Dinasti Mamluk juga meninggalkan banyak peradaban, dari bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bangunan-bangunan seperti masjid, madrasah, kompleks makam, rumah sakit dan perpustakaan.
Berikut hasil-hasil peradaban yang dibangun oleh Dinasti Mamluk:
1.      Ilmuan-ilmuan Islam di Mesir
a.       Ibnu Taymiyah, dikenal dengan sebutan reformer pemikiran islam bermadzhab Hambali.[5]
b.      Jalaludin as-Suyuthi, karyanya dalam bidang ulumul Qur’an yaitu al-Itqan fi Ulum al-Quran.
c.       Ibnu Hajar al-Asqalani, menulis tentang Ilmu Fiqh dan Hadis.

2.      Ilmuan-ilmuan Semesta
Dinasti Mamluk didirikan oleh mantan budak akan tetapi sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga banyak para ilmuan yang berimigrasi dan berkembang di Mesir. Jatuhnya kota Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, tidak sedikit para ilmuan yang melarikan diri ke Mesir yang dianggap aman pada waktu itu. Oleh sebab itu Mesir mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain dalam bidang teknologi, ilmu-ilmu lain juga berkembang pesat di Mesir seperti:
a.       Ilmu sejarah
Ibnu Khalikan, Ibnu Tagribirdi, Abu al-Fida, dan Ibnu Khaldun.
b.      Ilmu Astronomi
Nashiruddin al-Thusi, dan Abu al-Faraz al-Gibni.[6]
c.       Ilmu Matematika
Abu al-Faraj al-‘Ibry[7]
d.      Ilmu Kedokteran
Ibnu Nafis (penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia) dengan karyanya Syarh Tasyrih al-Qanun, dan Abdul Mu’min Dimyati (doktor hewan) dengan karyanya yaitu Fadl al-Khail.
e.       Perintis Psikoterapi
Al Razi yang dikembangkan oleh al-Juma’i dengan karyanya al-Irsyad li Masalih al-Anfas wa al-Ajsad.
f.        Ilmu Opthalmologi
Salah al-Din ibn Yusuf[8]
g.       Ilmu Sosiologi dan Filsafat Sejarah
Ibnu Khaldun dengan karyanya “Muqaddimah” sebagai kitab pertama dalam bidang ini.

3.      Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Dinasti Mamluk membuka hubungan perdagangan dengan negara-negara mancanegara, bahkan dengan negeri-negeri Kristen Mediterrania meskipun terdapat kebijaksanaan pemerintah yang anti-Kristen misalnya membuat perjanjian perdagangan dengan James I.[9] Jatuhnya Baghdad, Kairo menjadi jalur perdagangan, sebagai contoh adanya kerjasama dengan Charles dari Anjou, Raja Sisilia. Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa.[10] Untuk kelancaran pada sektor ini pemerintahan Mesir memperbaiki sarana, fasilitas transportasi dan jaringan komunikasi antar kota, baik laut maupun darat terutama antara Kairo dan Damaskus. Ketangguhan angkatan laut Mamluk sangat membantu pengembangan perekonomiannya.  Pemerintah Mesir memberikan kebijakan kepada petani tentang pasar bebas artinya petani diberi kebebasan untuk memasarkan hasil pertaniannya kepada siapapun.

4.      Fisik
Perekonomian Dinasti Mamluk mengalami kemajuan dibidang arsitektur. Banyak bangunan-bangunan yang didirikan seperti sekolah dan masjid-masjid yang indah. Pada masa ini didirikan bangunan-bangunan seperti rumah sakit, museum, perpustakaan, villa, makam, kunah dan menara masjid.[11] Pada masa Sultan Baybars meskipun dia banyak disibukan dengan beberapa peperangan khususnya dalam menghadapi pasukan salib Eropa, dia masih sempat membangun monument penting berupa masjid.[12]
Kemajuan dalam bidang perindustrian yang ditandai dengan berdirinya pabrik, seperti pabrik tenun, barang-barang logam, kaca, kulit, pabrik senjata, dan kapal laut, serta kerajinan perhiasan emas, seni ukir, dan dekorasi.

5.      Seni
Dinasti Mamluk dikenal sebagai pelindung seni kaligrafi terutama hiasan al-Qur’an. Kaligrafer yang terkenal pada masa ini adalah Muhammad ibn al-Wahid, pada tahun 703 H/1304 M meninggalkan karyanya berupa salinan al-Qur’an dengan gaya Khat Tsuluts. Selain Muhammad ibn al-Wahid juga ada beberapa seniman kaligrafi yang berperan penting dalam dunia seni seperti Muhammad ibn Sulaiman al-Muhsini, Ahmad ibn Muhammad al-Anshari dan Ibrahim ibn Muhammad al-Khabbaz.[13] Salah satu karya dari Abd al-Rahman ibn al-Sayigh yang paling besar yaitu salinan al-Qur’an dengan panjang lebih dari dua meter, ditulis dengan pena bambu dalam waktu dua bulan.







[1] Faisal Ismail, Sejarah & kebudayaan Islam Periode Klasik(Abad VII-XIII M), IRCiSoD, Yogyakarta,2017, hlm 370.
[2]  Marzumah, Strategi Dinasti Mamluk dalam Pertempouran Ayn Jalut di Palestina tahun 1260 M, Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 59
[3] Ibid hlm 2
[4] Ibid hlm 2
[5] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, Thaqofiyyat, vol. 16, 194
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 123.
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 127.
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 127.
[9] G.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, hlm. 92.
[10] Philip K. Hitti, Dunia Arab, Sedjarah Ringkas, hlm. 245
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 128.
[12] Harun Nasution dkk. (ed), Ensiklopedi Islam, jilid 2 (I-O), hlm. 569.
[13] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, Thaqofiyyat, vol. 16, 196

Sabtu, 21 Oktober 2017

Sultan Sulaiman Al Qanuni RH. (1520-1566 M)


Sultan Sulaiman Al Qanuni Rh merupakan salah satu sultan yang berperan besar dalam kemajuan Kekhalifahan Turki Utsmani. Lewat tangan beliau kekuasaan Turki Utsmani berkembang pesat menguasai seagian Eropa dan Afrika bahkan dia juga tercatat membantu perjuangan kerajaan Islam di Nusantara dari mulai Samudera Pasai di Aceh sampai ke Semenanjung Malaka. Dialah satu-satunya Sultan di kekhalifahan Turki Utsmani yang menuliskan perundang-undangan berasas fatwa syari’at para ulama.
Beliau Lahir pada tangal 6 November 1494 di Trabzun. Sebagaimana keluarga kerajaan yang lain sultan sulaiman juga diberi pendidikan istana yang istimewa pada usia tujuh tahun ia mendapat pelajaran Al-Qur’an, selain itu ia juga mendapat ilmu sastra,sains,sejarah,dan taktik perang. Pendidikan yang baik sejak kecil membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang tangguh menyukai seni dan sastra, tenang dan mampu melahirkan keputusan yang matang.
Pada usia sekitar 25 tahun Sultan Sulaiman mendapat amanah kesultanan Utsmaniyah. Disaat itu pula kehalifahan sedang diuji dengan beberapa pemberontakan negara-negara yang berada di bawah perintah kekhalifan Islam. Mereka mengira usia sultan yang terlampau muda sehingga membuat mereka berani dalam melakukan pemberontakan. Saat itu terjadi empat pembangkangan sekaligus. Pertama dilakukan oleh gubernur Syam yaitu Janbarad Al Ghazali. Dia terang-terangan inign memberontak pada sultan dan menguasai seluruh Alepo. Tanpa menunggu lama sultan segera memerintahkan agar gerakan separatis ini ditumpas. Alhamdulillah, pemberontakan berhasil dipadamkan dan Janabarad berhasil dibunuh. Pembangakngan kedua dilakukan oleh Ahmab Syah di Mesir. Ia juga berusaha untuk menjadi penguasa yang independen seperti Mamalik sebelumnya. Waktu itu pasukan khusus Usmani dan para ahli syariah bergerak cepat untuk mencegah naiknya Ahmad Syah menjadi sultan dan mereka pun berhasil membunuh tokoh pengkhianat tersebut. Pembangkangan ketiga datang dari Syiah Rafidhah yaitu Baba Dzunnun di Yuzaghad. Baba mengumpulkan 3000-4000 pasukan pemberontak dan mewajibkan pajak atas wilayah yang dikuasainya. Pemberontakan ini jug berhasil ditumpas setelah sebelumnya pasukan Usmani sempat mengalami kekalahan dalam menumpas gerakan ini. Pemberontakan keempat datang juga dari Syiah Rafidhah dipimpin oleh Qalandar Jalabi di dua wilayah yaitu Qauniyah dan Mar’asy. Mereka melakukan kejahatan dengan membunuh orang-orang sunni yang berada di wilayah mereka. Qalandar tercatat juga memiliki aqidah sesat, banyak juga penganut sunni yang dibohonginya dan masuk dalam pengikutnya. Sultan Sulaiman kemudian mengirimkan seorang Bahram Pasha untuk menghadapi pemberontakan ini. Namun, sayang beliau berhasil dibunuh oleh pemberontak. Akhirnya sultan mengubah strategi dengan mempengaruhi para pengikut Qalandar agar tidak berpihak kepadanya(Qalandar) terutama pengikutnya yang sunni. Dengan strategi itu hasilnya cukup efektif. Banyak pengikut Qalandar yang yang akhirnya berpihak pada Usmani. Kekuatan Qalandar pun berhasil dihancurkan dan Qalandar sendiri berhasil dibunuh. Dengan demikian, gerakan pemberontak ini berhasil ditumpas.  Dengan ditumpasnya pemberontakan demi pemberontakan ini menandai kebangkitan Turki Utsmani. Sekaligus fakta mengejutkan dari para pemimpin negeri-negeri dibawah Sultan Sulaiman Al Qanuni Rh.
 Selanjutnya Sultan Sulaiman pun melanjutkan misi dakwah dan langkah ekspansi untuk mengakhiri kedzoliman di bumi Allah SWT. Saat itu negeri Rodes merupakan wilayah sengketa yang menyulitkan umat muslim di Turki dalam melakukan ibadah haji melalui negeri mereka karenanya ketika kesepakatan damai tidak bisa diambil Sultan pun langsung mengambil keputusan untuk menaklukkannya peperagan pun terjadi siang dan malam pasukan muslim pun berhasil mengalahkan kerajaan tersebut.
Suatu ketika Sultan Sulaiman marah besar karena utusan yang ia utus ke Hungaria di bunuh maka ia mengutus perdana menterinya untuk mempersiapkan pasukan elit kekhalifahan yang sering disebut sebagai Insiqoriah atau Jannisary untuk menyerang Kerajaan Hungaria dalam menuju Hungaria mereka harus melewati Belgrad. Belgrad sendiri adalah salah satu negeri yang gagal ditaklukan oleh Muhammad Al Fatih RA maka ia berdoa agar keturunannya bisa menaklukan negeri tersebut dan Allah mengabulkan doanya dengan di taklukannya Belgrad oleh Sulaiman cicitnya. Setelah kekalahan tersebut Hungaria pun memina tolong pada Italia atau Paus di Roma dan diumumkan di seluruh daratan eropa bahwa siapa saja yang mau terlibat dalam perang melawan kaum muslimin di lembah Mohacs (hungaria) akan mendapat sertifikat pengampunan dosa dari paus,yang dikenal perang ini dengan perang Mohacs.
Sultan pun mempersiapkan sekitar 100.000 mujahid dan relawan, sedangkan pasukan eropa dengan 200.000 pasukan 35.000 diantaranya lengkap dengan senjata dan baju besi. Perang besar ini terjadi tanggal 21 Dzulqa’dah 932 H/29 Agustus 1526 M. Dalam perang ini Sultan membuat strategi Yng tidak sederhana dengan membuat beberapa lapis pasukan dari baris 1, baris 2, dan 3. Baris yang ketiga adalah pasukan inti/ insiqariah  dan persis dibelakang pasukan itu adalah meriam-meriam yang berjumlah 300 buah dan tertutup oleh lapisan-lapisan pasukan tersebut. Satu jam pertama saat peperangan pasukan terdepan menahan pasukan Eropa untuk berkumpul di satu titik tengah. Dengan sebuah isyarat pasukan terdepan tiba-tiba mundur,berpencar ke kanan dan kiri seolah menyerah karenanya pasuka Eropa pun senang dan mengejar pasukan Turki Utsmani. Justru saat tiba di lembah pasukan khusus muslimin menembakkan meriam-meriam yang 300 itu dan membuat sebagian besar pasukan Eropa luluh lantah tak berdaya. Raja Hungaria yang ketakutan pun membawa mundur pasukan, namun sultan yang sudah memulai strategi menghadang pasukan eropa dari sayap kanan dan kiri mengepung musuh sampai memojokkan mereka sampai ke sungai. Perang hanya berlangsung 90 menit dan selesai beberapa orang yang selamat menyerahkan diri, namun sultan berkata’hari ini tidak ada tawanan perang’. Akhirnya mereka mau tidak mau melakukan perlawanan meskipun tidak ada artinya dan banyak korban yang berjatuhan kala itu , serta membuat Sultan Sulaiman pun di buat buruk nama besarnya.

Perang Mohacs telah mengharumkan nama Sultan Sulaiman Al Qanuni sekaligus membuat luka mendalam bagi eropa. Namun dengan kebesaran kerajaan Turki Utsmani tidak sedikit dari kerajaan eropa yang meminta pertolongan ketika mendapat masalah dengan kerajaan eropa lainnya.
Seperti saat raja Perancis saat itu yang meminta tolong karena sebagian wilayah Perancis yang diambil oleh Spanyol, beliau pun mengirimkan pasukan dari darat hingga laut. Sebagai imbalannya Turki Utsmani berhak mengambil wilayah pesisir sekitar Toulose dan menjadikannya sebagai pangkalan angkatan perang dan menambah kekuatan baru bagi Turki Utsmani.

Beliau juga merupakan sultan yang suka ber nahi munkar ,seperti ketika Perancis memiliki tren budaya baru yaitu dansa berdua antara laki-laki dan wanita maka Sultan Sulaiman pun menulis surat yang berisi dua pilihan. Pertama menyuruh penguasa Perancis untuk menghentikan dansa tersebut atau sultan sendiri bersama pasukan yang menghentikan tradisi tersebut. Dengan begitu tradisi itupun hilang selama sekitar 100 tahun lamanya. Hal ini dilakukan agar tradisi negative ini tidak menular pada umat Islam sehingga menghancurkan akhlak mereka.


Keberanian dan kearifan Sultan Sulaiman tak pernah diragukan. Selama 44 tahun kepemimpinannya muncul tokoh ulama-ulama dan para pejabat tinggi negara yang bertakwa dan mendampingi dirinya. Seperti ahli arsitektur yang terkenal Mimar Sinan Pasha dan penasihatnya yaitu Abu Su’ud Efendi RA. Abu Su’ud inilah yang berperan dalam pengambilan keputusan sultan yang berhubungan dengan syariat Islam dan beliau (Abu Su’ud Efendi) juga menyusun undang-undang pemerintahan berdasarkan Al Qur’an, Hadits, dan Ijma’ ulama. Ia (Sultan Sulaiman) tercatat telah membuat 200 perundang-undangan yang mengatur keseharian umat Islam dari sosial, pendidikan,ekonomi, dll. Di akhir kehidupannya Sultan Sulaiman wafat di tahun 1566 M dalam usia 74 tahun di sebuah negeri jihad yang dimenangkan kamu muslimin.

Minggu, 03 September 2017

Mimar Sinan Pasha dan kejayaan masjid



Inilah Turki, negeri dengan berbagai kekayaan sejarah dan rezim yang berkuasa di setiap zamannya, inilah Turki dengan kekayaan budaya yang tercampur dari timur dan barat /dari Asia hingga Eropa, dan berbagai keindahan bangunan di dalamnya tersimpan sejarah kejayaan Islam yang luar biasa. Di balik indahnya tatanan kota serta bangunan-bangunan kubah masjid yag kokoh terdapat sentuhan tangan seorang arsitek yang dipercaya oleh para raja pada zaman dinasti ottoman, bahkan ia hidup di zaman lima kekuasaan khalifah pada waktu itu, beliau ialah Mimar Sinan Pasha.
Mimar Sinan Pasha,nama kecilnya  ialah Yusuf yang lahir tanggal 15 April 1489 M di Agirnas salah satu kota kecil di Anatolia tengah sebelum ia di pindahkan ke Istanbul, ayahnya seorang mualaf bernama Abdul Manan berkebangsaan Yunani,yang juga mahir dalam bidang kayu dan tukang bangunan. Hingga pada tahun 1.512 M. Mimar mengikuti wajib militer yang diadakan kerajaan pada masa Sultan Bayazid II, akhirnya beliau dikirim ke Istanbul untuk bergabung dengan korps Jannisary atau pasukan khusus tentara Ottoman. Selama itulah dia mendapatkan pendidikan resmi dari Istana lalu mempelajari tentang teknik matematika dan pembangunan. Berkat kecerdasan,intelektual dan ambisinya ia terpilih untuk membantu beberapa arsitek kesultanan pada waktu itu disitulah ia mendapat pelatihan dan pengalaman besar yang kelak akan mengantarkannya kepada karir yang gemilang. Teori-teori yang ia dapatkan dari sekolah dan pelatian-pelatihan dari para arsitek ia praktekan kepada kepentingan korps Jannisary. Tidak berhenti sampai disitu keahliannya sebagai arsitek terus dipakai pihak kerajaan setelah kesultanan berganti ke Sultan Salim I hingga berlanjut ke Sultan yang selanjutnya yaitu Sulaiman Al Qanuni. Di masa usianya yang ke 48 tahun beliau di percaya Sultan Sulaiman Al Qanuni untuk mengurusi semua bangunan yang ada di kesultanan Turki Utsmani.
Suata saat dalam sebuah kampanye militer di Rumania, ia menciptakan sebuah ide cemerlang dalam pembuatan jembatan Sungai Danude, tentara ottoman yang sangat besar tentunya membutuhkan jembatan yang kokoh. Maka berkat keahliannya ini pulalah ia berhasil membuat Sultan Sulaiman Al Qanuni bangga dan membuat ia di kagumi banyak orang. Kampanye-kampanye militer yang ia ikuti merambat hingga ke Eropa, Baghdad, dan Mesir. Hal ini memperkaya inspirasi dan ide brilian dalam membuat bangunan-bangunan penting dengan sentuhan arsitektur yang tinggi. Hasil karya Mimar Sinan yang sangat monumental ini membuat sultan Sulaiman Al Qanuni mengangkatnya sebagai kepala arsitek kesultanan Ottoman. Karya besarnya pada masa Sulaiman Al Qanuni ialah Sehzade Jami atau Masjid raya yang ditunjukan pada pangeran Mehmed atau putra ke 2 sang sultan yang meninggal karena sakit kemudian diganti atas nama sang sultan menjadi masjid raya sulaimaniyah. Masjid ini menjadi inspirasi tersendiri bagi Mimar Sinan karena tantangan yang diberikan padanya bukan hanya sebuah masjid tapi juga pembuktian umat Islam yang mampu menciptakan arsitektur melebihi bangunan peninggalan Romawi.
Di masa Sultan Selim II setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al Qanuni ia dipercaya membangun masjid di usianya yang sudah 84 tahun, masjid ini dinamakan Masjid Selimiyah yang terletak di Edirne salah satu kota di Turki yang merupakan ibukota pertama kesultanan Ottoman sebelum di pindahkan ke Istanbul dan kini di Ankara. Masjid inilah yang menjadi karya terbesar sepnjang hidupnya karena satu-satunya masjid yang mampu menandingi kemegahan Haghia Sophia yang menjadi kebanggaan kekaisaran Byzantium yang berhasil ditaklukan oleh kesultanan Ottoman. Kehlian Mimar Sinan dalam hal arsitektur terus berkembang dari tahun ke tahun. Pengabdian dan dedikasinya kepada kesultanan ottoman dimanfaatkannya sebagai ibadah yang pada akhirnya menjadikan bekal hidupnya di akhirat, seluruh masjid yang ia bangun hanya bertujuan bagi siapapun yang mengunjungi dan beribadah di masjid itu nantinya akan mendoakan jiwanya dan mengenang karyanya.
Tata kota yang didesain Mimar Sinan atas perintah sultan selalu menunjukan filosofi kehidupan yang sesungguhnya. Tapi masjid indah nan megah yang dibangun mimar Sinan selalu dilandasi nilai-nilai keislaman yang kuat, karena masjid menjadi pusat kehidupan masyarakat yang dibangun terlebih dahulu jauh sebelum bangunan-bangunan lainnya dibangun, ketika masjid sudah siap berdiri maka Mimar Sinan segera membangun kebutuhan masyarakat di sekeliling masjid tersebut.
Beliau (Mimar Sinan Pasha) meninggal di zaman Sultan Murad III tanggal 17 Juli tahun 1588 M ,setelah mengabdi kepada empat sultan sebelumnya.  Inilah contoh yang kita bisa kembalikan lagi di zaman ini. Ketika kita menata kota baru bukan lagi mengawali dengan membangun komplek perumahan bukan pula kita bangun pasar dan mal,bukan pula ruko-ruko dan pusat perkantoran sedangkan masjid dibuat di akhir sebagai fasilitas pelengkap warga jejer dengan taman bermain anak dan fasilitas olahraga.
Mimar Sinan dan kejayaan Islam Turki telah mencontohkan masjid dibangun pertama sebagai pusat kebudayaan dan kehidupn manusia baru kemudian fasilitas social lengkap dengan dan perkantoran pemerintah setempat dan terakhir adalah perumahan, logika yang terbalik memang tapi sejatinya kita sering menjumpai bahwa logika manusia salah dan akhirnya mengakui aturan Allah lewat Kitabullah Al Qur’anul Kariim. Islam memang terasa asing saat ini dan menampakan kebenarannya di akhir episode kehidupan. Beginilah tata kota yang di contohkan Rasulullah SAW, mimar Sinan dengan keahlian arsitekturnya membangun tatanan kota negara Turki yang sedemikin rupa hingga saat ini masjid-masjid megah karya Mimar Sinan Pasha masih berdiri kokoh dan meninggalkan warisan kekuatan Dinasti Ottoman dalam membangun tata kota rapi dan indah. Masjid yang menjadi pusat kehidupan sebuah negara menjadi kekuatan utama dalam menggerakan rotasi kehidupan masyarakat dalam memulai hari dan menjalankan aktivitasnya. Sebuah kebangkitan masyarakat berawal dari masjid.